Selain itu, fungsi Sensu ini juga dipakai sebagai properti di Rakugo dan alat penunjang untuk penggambaran mimik wajah di Kodan.

Rakugo adalah seni bercerita tradisional Jepang yang mana pemainnya duduk sendirian dalam posisi formal sambil menyampaikan dialog cerita yang lucu. Pertunjukan Rakugo hanya menggunakan dua alat peraga, yaitu Sensu dan handuk tangan. Pelaku menggunakan Sensu dan handuk tangan mereka untuk mewakili semua jenis objek.

Sensu yang dilipat dapat digunakan untuk meniru objek yang panjang dan tipis seperti sumpit, kuas tulis, atau pipa. Para pemain menggunakan mata mereka untuk menciptakan kesan objek seperti tongkat yang lebih panjang misalnya tongkat dayung, perancah, atau pancing.

Mereka membuka Sensu agar menyerupai surat tertulis atau obor, dan mereka membukanya setengah saat melakukan percakapan telepon. Adegan di mana karakter makan mie soba atau udon memberikan kesempatan kepada pemain Rakugo untuk menunjukkan keahlian mereka. Memegang sensu seperti sumpit, mengangkat mie tinggi-tinggi dengan satu tangan dan berpura-pura memegang mangkuk di tangan mereka yang lain, meniup mie panas untuk mendinginkannya dan membuat suara menyeruput untuk memberi kesan bahwa mereka memiliki mie asli di depan.

Master Rakugo ‘Sanyutei Zenraku’ berakting makan dengan sumpit dan dia mengulurkan tangan kirinya dan menggunakan matanya untuk mengekspresikan panjang dan kekuatan tombak (Foto oleh Mynavi News).

Kodan adalah jenis seni bercerita lain yang menampilkan cerita seperti Rakugo. Namun, tidak seperti Rakugo, pertunjukan ini dilakukan dengan membacakan cerita perang atau karya tulis lain yang berkaitan dengan sejarah, dan tidak berfokus pada penggambaran kehidupan sehari-hari dalam dialognya. Kodan menampilkan jenis Sensu yang disebut Hari-ogi.

Kipas lipat ini digunakan untuk membuat suara dengan cara memukulnya di atas meja. Disiapkan juga dengan membungkus kertas Jepang di sekitar Sensu yang terlipat, sehingga tidak dapat dibuka. Pemain menggunakan Hari-ogi untuk menekankan ritme bicara mereka dan untuk menghasilkan efek suara saat mereka berbicara. Dengan cara ini, kipas digunakan seperti soundtrack atau instrumen yang ada dalam film. Saat cerita mencapai klimaks, si pemain membuat suara yang lebih cepat dan kuat dengan Hari-ogi untuk menghadirkan kegembiraan dan ketegangan bagi penonton.

Di halaman terakhir, kipas juga digunakan pada desain Kamon karena menurut mereka bisa menangkal kejahatan dan membawa keberuntungan.