Post Rock instrumental band, MONO kembali menjambangi Indonesia sebagai Negara tujuan Tournya tahun ini. Pada konser ketiganya di Nusantara ini, Band asal Negeri Sakura ini memilih Bandung sebagai tempat pemberhentian pertamanya. Sabtu (6/4) malam pun menjadi waktu yang sangat ditunggu-tunggu oleh para penggemar band yang beranggotakan empat orang ini.
Bertempat di teater terbuka Dago tea house, para penggemar sudah mulai berdatangan sejak pukul 18.00 WIB. Hujan tak membuat mereka kehilangan antusiasme untuk menonton penampilan panggung MONO.
Tahun ini pertama kalinya StarDprotaiment membawa MONO ke Bandung, dan minat penggila post rock ternyata tinggi. Penjualan pre sale tiketnya pun ludes dalam waktu sebentar. Hujan yang hentinya mengguyur venue, tak menciutkan semangat penonton untuk menonton aksi Takaakira Goto. Hideki Suematsu , Tamaki Kunishi dan Yasunori Takada. Mereka pun membawakan beberapa lagu dari albumnya “For My Parents” yang dirilis pada tahun 2012 kemarin.
Pukul 21.00 MONO membuka penampilan mereka dengan “Legend” yang merupakan instrument post rock sebelas menit dari album baru mereka. Pembukaan yang memukau membuat penonton justru lupa dengan hujan yang terus membahasi mereka. Taka cs pun melanjutkan penampilan mereka dengan “Burial at Sea”, “Dream Odyssey”, dan “Pure as Snow”.
“Follow the Map”, “Unseen Harbor” dan “Ashes in the Snow” menghiasi penampilan mereka ditengah-tengah acara. “Halcyon (Beautiful Days)” dari “Walking Cloud and Deep Red Sky, Flag Fluttered and the Sun Shined” semakin menambah panas atmosfer venue Dago Tea House. Beberapa lagu tersebut memang sudah lama tak mereka bawakan dipanggung. Hujan dan dinginnya suasana malam itu tak sedikitpun menjadi hambatan pagi pecinta psot rock. Justru nampaknya beberapa penonton tak peduli dengan dinginnya bandung malam itu. Terlihat dari beberapa penonton yang tetap bertahan tanpa payung dan jas hujan dan terus menyaksikan penampilan MONO hingga Akhir.
Setelah satu jam 30 menit, “Everlasting Light” pun menutuo gelaran romantic malam itu. Standing applause pun tak cukup untuk mengapresiasi penampilan luar biasa MONO.