Beragam Jenis Teh di Jepang

Teh memiliki peran besar dalam kebudayaan Jepang. Meskipun bukan menjadi pusat dari kehidupan masyarakat Jepang, namun teh ini dapat di temukan dimana-mana. Kamu akan menemukan berbagai varian dari minuman teh panas dan teh dingin, baik di Barat ataupun Timur, di setiap toko, toko grosir, dan mesin penjual minum otomatis diantara minuman soda dan kopi.

Jika kita berada dalam sebuah pertemuan, kita akan dibawakan secangkir teh tanpa ditanyakan terlebih dahulu apakah kita menginginkannya atau tidak. Hal ini juga berlaku ketika kita bertamu ke rumah seseorang.

Mengenai sejarah teh sendiri, masyarakat meyakini bahwa teh pertama kali diperkenalkan di Jepang oleh para lulusan Budha yang kembali dari China pada periode Nara dan Heian (710-1185). Untuk kegiatan meminum teh ini sendiri pertama kali dicatat dalam Nihon Koki (yang kemudian Chronicles of Japan). Diselesaikan pada tahun 840, yang menyatakan bahwa biksu Eichu mempersiapkan teh untuk Kaisar Saga ditahun 815.

Di Jepang, teh disebut sebagai cha (茶) atau ocha (お茶). Ada beberapa varian domestik, dan teh hijau dikenal sebagai ryokucha (緑茶) atau terkadang nihoncha (緑茶) yang berarti teh Jepang.

Disaat teh mulai ditanam diberbagai daerah di Jepang, teh yang dianggap 3 terbesar di Jepang yaitu Uji-cha, pada awalnya hanya tumbuh di kota Uji di Prefektur Kyoto. Namun, saat ini sudah mulai tumbuh juga di Nara, Shiga, dan Mie. Shizuoka-cha tumbuh di Prefektur Shizuoka dan Sayama-cha mulai tumbuh di bagian barat Prefektur Saitama dan wilayah Nishitama dari Tokyo.

Teh hijau tumbuh selama beberapa kali dalam periode satu tahun, dan ada beragam kelas teh hijau yang didasarkan pada waktu panen serta seberapa banyak daun terlindung dari cahaya sinar matahari.

  • Sencha (煎茶) pada dasarnya identik dengan teh hijau dan sangat umum ditemui di Jepang. Dipetik pada saat penyiraman pertama atau kedua, dan daunnya tidak terlindung dari sinar matahari. Hasilnya, teh yang dihasilkan ini cenderung memiliki rasa pahit.
  • Bancha (番茶) merupakan teh yang berkualitas kurang baik (kelas rendah) yang terbuat dari daun yang dipanen saat penyiraman ketiga dan keempat saat akhir musim panas.
  • Gyokuro (玉露) adalah teh yang termasuk ke dalam top class yang diambil pada saat penyiraman pertama dan ditumbuhkan di bawah tikar jerami selama 20 hingga 30 hari sebelum waktu panen. Untuk proses pembuatannya, daun ini diremas setelah proses pengukusan dan pengeringan daun selesai. Teh ini memiliki arti “jade dew” atau “embun giok” dan memiliki rasa manis setelah diminum dibandingkan dengan Sencha.
  • Tencha (碾茶) menggunakan daun yang sama dengan Gyokuro, namun setelah proses pengukusan dan pengeringan, Tencha tidak melalui proses peremasan. Daun Terncha inilah yang umum digunakan untuk membuat matcha.
  • Matcha (抹茶) adalah bubu teh hijau. Teh ini dibuat dengan menggiling daun teh secara penuh menjadi bubuk halus, namun tetap mempertahankan semua nutrisi yang asli. Memiliki rasa yang halus dan lembut dan tidak memiliki aftertaste. Matcha sering digunakan untuk acara upacara minum teh yang disebut Sado atau cha-no-yu.
  • Hojicha (ほうじ茶) dibuat dengan memanggang teh hijau (biasanya bancha) di atas arang, membuatnya menjadi warna warna cokelat kemerahan dan rasa yang ringan.
  • Genmaicha (玄米茶) dibuat dengan menggunakan biji dari Genmai (kulit beras) yang dipanggang dan dicampur dengan bancha atau sencha. Secara tradisional dianggap sebagai “teh orang miskin” namun cukup terkenal saat ini. Sebab mudah untuk diminum dengan warna kekuningan.
  • Chinese oolongcha (烏龍茶) atau teh oolong juga sangat terkenal di Jepang. Berwarna kecoklatan, dibuat dengan cara membiarkan daun teh dioksidasi di bawah sinar matahari yang kuat.

 

Source: allaboutjapan